Suatu kali akibat kemalasan dan keteledoranku, ibuku pernah bilang: jika kamu tidak bisa mengatur dirimu sendiri, kamu akan diatur oleh hal lain di luar dirimu. Atas nama kebandelan dan kekeraskepalaan tentu saja aku menolak pendapatnya mentah-mentah. Seiring berjalannya waktu, perkataan tersebut melekat dalam otakku dan tiba-tiba saja kupikirkan dengan serius. Menurutku benar juga. Ini ada kaitannya dengan kebebasan. Kebebasan mutlak itu nonsense; omong kosong; tidak ada. Ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar. Batas tersebut adalah aturan. Atau kita biasa menyebutnya hukum.
Rendra
pernah berkata bahwa ada 3 hukum di dunia ini: hukum Tuhan, hukum alam, dan
hukum diri sendiri. Jika kamu melanggar pada salah satu hukum tersebut, kamu
akan merasakan sakit. Pernah merasakan putus cinta? Siapa yang memilih untuk
menyudahi? Mari bayangkan saja doi yang menginginkan hubungan ini disudahi.
Setelah pernyataan putus dilontarkan, kamu mempunya pilihan: Merelakan atau
meminta balikan. Harapannya sih diterima, ditolak kemungkinannya akan mengalami
sakit hati. Bagaimana rasa sakit tersebut bisa terjadi?
Pilihan
merelakan sepenuhnya ada dalam kendalimu, tetapi bagaimana dengan opsi minta
balikan? Untuk mencapai keberhasilan atau diiyakan, kamu membutuhkan otoritas
doi. Doi memiliki kekuasaan untuk bilang iya dan tidak. Ada kekuatan di luar
dirimu yang mengatur atau mengendalikan harapanmu. Rasa sakit itu berasal dari
hal di luar dirimu yang mengaturnya. Ini tentu saja menyalahi hukum diri
sendiri karena dirimu sendiri gagal mengaturnya. Untuk tidak merasa sakit, kamu
seharusnya memilih merelakan karena keberhasilan tersebut berada dalam kuasamu
dan orang lain tidak bisa mengaturnya.
0 komentar:
Posting Komentar